Pages

Selasa, 29 Maret 2016

Perayaan HATEDU (Hari Teater Dunia)



Teater adalah sebuah seni pertunjukan mereka bersumber dari kehidupan keseharian. Awal mulanya teater berasal dari upacara agama, nyanyian untuk mengenang pahlawan, ataupun dari kegemaran manusia mendengarkan cerita yang kemudian segala sesuatunya dikemas menjadi sebuah lakon drama, naskah, setting, aktor, dsb. Lalu menjadikannya sebagai sebuah pementasan yang utuh. Sebagian dari diri kita menampilkan tingkah laku keseharian dalam sebuah panggung pertunjukan, dan sebagian lagi menjadikan beberapa kegiatan keseharian menjadi simbol untuk ditelaah maknanya, itulah teater yang selama ini kita kenal. Tentu saja sebuah pertunjukan tidak harus selalu di atas panggung, “karena dunia ini ya panggung pertunjukan, dimanapun dan kapanpun anda bisa berteater” ujar Pak Joko salah seorang seniman teater kala itu.
Dari zaman ke zaman teater telah berkembang, lalu sebenarnya dari sejak kapan teater itu ada?
Ada yang tau tentang Hari Teater Dunia?
Nah peristiwa ini pertama kali diadakan oleh ITI (Institute Teater International) pada tanggal 27 Maret 1961. Inilah hari kelahiran Teater yang ditetapkan oleh komunitas Teater International saat itu. Dari waktu ke waktu Teater sudah banyak menampakan karyanya di seluruh penjuru dunia, Berbagai kegiatan Teater Internasional dan Nasional diatur untuk menyemarakan peristiwa ini. Salah satu hal yang terpenting dari acara ini adalah mengedarkan Pesan International Hari Teater Sedunia yang disampaikan oleh ITI, sebuah figur dunia yang dihormati untuk membagi refleksinya akan tema Teater dan budaya Perdamaian.
Tepat tanggal 27 Maret 2016, Forum Kontemporer turut memperingati HATEDU ini, acaranya diselenggarakan di GOR IAIN Purwokerto dari jam 02.00 P.M – 00.00 A.M dengan tema “Harmonisasi Kebudayaan” acara-acaranya meliputi diskusi dan panggung apresiasi. Kamipun turut mengundang segala penggiat seni Teater dari kalangan muda ataupun tua, dari para pelajar, mahasiswa, maupun khalayak umum yang memang menggeluti kesenian di bidang ini.
Diskusi yang kami selenggarakan yaitu mengenai pembahasan Jati Diri Teater itu sendiri. Pembahasannya berupa :
a.       Sejarah Perkembangan Teater Dunia, Indonesia, dan Banyumas.
b.      Peranan Teater di Masyarakat Umum.
c.       Tujuan ber-Teater.
d.      Gedung Kesenian di Purwokerto
Keempat permasalahan inilah yang kita angkat, sebagai pembicaranya kami mengundang Wage Teguh W, Edi Romadon, Titut Edi Purwanto dan sebagai pembicara. Selain diskusi kami mengadakan panggung apresiasi yang diisi oleh para penggiat seni Teater di Banyumas. Hasil diskusi yang telah dilakukan adalah:
1.       Sebenarnya teater dulu di Indonesia digunakan sebagai bentuk perlawanan kepada jajahan dan bukan hanya sebuah lakon drama yang dibuat haru dan sedih.
2.       Teater sendiri berguna untuk menyampaikan aspirasi masyarakat pada pemerintahan, sebagai bentuk kritikan, dan juga sebagai ajang pengumpul massa.
3.       Dari kita sendiri sepertinya tidak memerlukan sebuah gedung kesenian karena sebenarnya untuk menampilkan sebuah karya pertunjukan tidak harus diatas panggung,tapi dimana saja bisa. Lagi pula biasanya barang barang di gedung umum tersebut mudah hilang dicuri orang.
Panggung Apresiasi yang diadakan menampilkan beberapa penggiat seni Teater di Banyumas, dari komunitas, ukm, maupun individu, diantaranya ada yang menampilkan akustikan, pantomim, parodi, teatrikal, dan drama singkat. Para pengisi acaranya pun beragam tidak hanya dari UKM Teater di Unsoed, tapi juga dari UMP, IAIN, komunitas pantomim, komunitas teater dan komunitas musik di Purwokerto.
Besar harapannya acara yang telah diselenggarakan ini bermanfaat, umumnya bagi para penggiat seni, khususnya bagi para penggiat seni Teater di Purwokerto. Semoga acara-acara seperti ini dapat terus memperkuat tali silaturahmi antar komunitas teater di Purwokerto dan dapat lebih mengenalkan lebih dalam tentang Teater itu sendiri. Semoga acara HATEDU selanjutnya dapat semakin meriah dan bermanfaat lagi.

Senin, 29 Februari 2016

sejarah terbentuknya Forum Kontemporer

Bermula dari keinginan seseorang yang melihat komunitas Teater satu wilayah kota,maka timbullah perasaan untuk membangun kembali Komunitas Teater gabungan se Purwokerto. Pada saat itu Gaman (Komunitas Teater Didik), Astri (Teater Receh), Arga (Teater Texas) bersama-sama mengumpulkan tiap perwakilan dari seluruh komunitas Teater Mahasiswa di Purwokerto untuk mengikuti diskusi yang diadakan di Teater Receh MIPA Unsoed. Diskusi itu membicarakan tentang :

. Keresahan mereka tentang Purwokerto yang memiliki banyak Teater tapi tiap anggota dari masing-masing teater tersebut tidak saling mengenal, atau bahkan ada permusuhan antara Teater itu sendiri. 

.Permasalahan pendidikan kebudayaan dikalangan masyarakat . 

.Membangun kualitas di tiap Teater di Purwokerto. 

Selain Teater Receh. Forum diskusi kedua kalinya yang diadakan di Sekre Arteris FPIK Unsoed, menghasilkan persetujuan dari tiap masing-masing komunitas bahwa akan dibentuknya forum yang menyelesaikan beberapa permasalahan diatas, dan akan dibentuk sebuah kepengurusan agar forum ini dapat berjalan dengan terorganisir.

15 November 2015 bertempat di sekre Teater Pulih (Fikes), diadakan kembali diskusi terkait penjelasan tentang tujuan dibentuknya forum ini, persetujuan struktur kepengurusan, juga pemilihan ketua forum itu.Calon-calon dari setiap teater pun diajukan,maka dari sekian banyak calon, dan melalui perdebatan yang cukup sengit terpilih lah Andes (Teater Timbang) sebagai ketua forum, dan Yulia (Teater Receh) sebagai sekertaris.

Dulu Forum Teater se-Purwokerto ini sudah ada, saat itu namanya adalah Tempur tapi karena ada permasalahan, Tempur pun dibubarkan secara resmi oleh anggota-anggotanya. Pada saat itu forum yang telah disepakati belum mempunyai nama, kelengkapannya pun masih belum jelas. Maka dengan begitu,kembalilah kami mengadakan diskusi di Teater Perisai (UMP), perbincangan tersebut meliputi Nama Forum. 16 orang hadir dan mengusulkan nama, diantaranya Tempur, TKP, Kontemporer,Kopi Putih, Persetan,Literatur, Astek, Dikter, Rebung,dan Forterkampur. Setelah menimbang dan memutuskan oleh 5 komunitas yg hadir,forum ini dinamakan

Forum Kontemporer (Forum Komunitas Teater Purwokerto dan Sekitarnya)  dimana diartikan sebagai

Forum karena dibentuk atas kerjasama antar Komunitas Teater yang menjadikannya sebuah wadah antar organisasi ataupun perkumpulan suatu organisasi. Dan mengapa mencakup wilayah selain purwokerto adalah saat pertama kali kumpul diskusi ada beberapa komunitas yang hadir diluar wilayah Purwokerto

Pukul 17.34, 22 November 2015 di sekre Teater Perisai, sebanyak 7 komunitas yang hadir telah sepakat terbentuknya Forum Kontemporer dengan Ketuanya adalah Andes Henry (Teater Timbang) dan Sekertarisnya adalah Yulia Marini (Teater Receh)

penulis Yulia marini