Teater adalah sebuah seni pertunjukan mereka bersumber dari kehidupan
keseharian. Awal mulanya teater berasal dari upacara agama, nyanyian untuk
mengenang pahlawan, ataupun dari kegemaran manusia mendengarkan cerita yang
kemudian segala sesuatunya dikemas menjadi sebuah lakon drama, naskah, setting,
aktor, dsb. Lalu menjadikannya sebagai sebuah pementasan yang utuh. Sebagian
dari diri kita menampilkan tingkah laku keseharian dalam sebuah panggung
pertunjukan, dan sebagian lagi menjadikan beberapa kegiatan keseharian menjadi
simbol untuk ditelaah maknanya, itulah teater yang selama ini kita kenal. Tentu
saja sebuah pertunjukan tidak harus selalu di atas panggung, “karena dunia ini
ya panggung pertunjukan, dimanapun dan kapanpun anda bisa berteater” ujar Pak Joko
salah seorang seniman teater kala itu.
Dari zaman ke zaman
teater telah berkembang, lalu sebenarnya dari sejak kapan teater itu ada?
Ada yang tau tentang Hari
Teater Dunia?
Nah peristiwa ini pertama kali diadakan oleh ITI (Institute Teater
International) pada tanggal 27 Maret 1961. Inilah hari kelahiran Teater yang
ditetapkan oleh komunitas Teater International saat itu. Dari waktu ke waktu
Teater sudah banyak menampakan karyanya di seluruh penjuru dunia, Berbagai
kegiatan Teater Internasional dan Nasional diatur untuk menyemarakan peristiwa
ini. Salah satu hal yang terpenting dari acara ini adalah mengedarkan Pesan
International Hari Teater Sedunia yang disampaikan oleh ITI, sebuah figur dunia
yang dihormati untuk membagi refleksinya akan tema Teater dan budaya
Perdamaian.
Tepat tanggal 27 Maret 2016, Forum Kontemporer turut memperingati HATEDU
ini, acaranya diselenggarakan di GOR IAIN Purwokerto dari jam 02.00 P.M – 00.00
A.M dengan tema “Harmonisasi Kebudayaan” acara-acaranya meliputi diskusi dan
panggung apresiasi. Kamipun turut mengundang segala penggiat seni Teater dari
kalangan muda ataupun tua, dari para pelajar, mahasiswa, maupun khalayak umum
yang memang menggeluti kesenian di bidang ini.
Diskusi yang kami selenggarakan yaitu mengenai pembahasan Jati Diri Teater
itu sendiri. Pembahasannya berupa :
a.
Sejarah
Perkembangan Teater Dunia, Indonesia, dan Banyumas.
b.
Peranan
Teater di Masyarakat Umum.
c.
Tujuan
ber-Teater.
d.
Gedung
Kesenian di Purwokerto
Keempat permasalahan inilah yang kita angkat, sebagai pembicaranya kami
mengundang Wage Teguh W, Edi Romadon, Titut Edi Purwanto dan sebagai pembicara.
Selain diskusi kami mengadakan panggung apresiasi yang diisi oleh para penggiat
seni Teater di Banyumas. Hasil diskusi yang telah dilakukan adalah:
1.
Sebenarnya teater
dulu di Indonesia digunakan sebagai bentuk perlawanan kepada jajahan dan bukan
hanya sebuah lakon drama yang dibuat haru dan sedih.
2.
Teater
sendiri berguna untuk menyampaikan aspirasi masyarakat pada pemerintahan,
sebagai bentuk kritikan, dan juga sebagai ajang pengumpul massa.
3.
Dari kita
sendiri sepertinya tidak memerlukan sebuah gedung kesenian karena sebenarnya
untuk menampilkan sebuah karya pertunjukan tidak harus diatas panggung,tapi
dimana saja bisa. Lagi pula biasanya barang barang di gedung umum tersebut
mudah hilang dicuri orang.
Panggung Apresiasi yang diadakan menampilkan beberapa penggiat seni Teater
di Banyumas, dari komunitas, ukm, maupun individu, diantaranya ada yang
menampilkan akustikan, pantomim, parodi, teatrikal, dan drama singkat. Para
pengisi acaranya pun beragam tidak hanya dari UKM Teater di Unsoed, tapi juga
dari UMP, IAIN, komunitas pantomim, komunitas teater dan komunitas musik di
Purwokerto.
Besar harapannya acara yang telah diselenggarakan ini bermanfaat, umumnya
bagi para penggiat seni, khususnya bagi para penggiat seni Teater di
Purwokerto. Semoga acara-acara seperti ini dapat terus memperkuat tali
silaturahmi antar komunitas teater di Purwokerto dan dapat lebih mengenalkan
lebih dalam tentang Teater itu sendiri. Semoga acara HATEDU selanjutnya dapat
semakin meriah dan bermanfaat lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar